LAYAR.NEWS, Makassar — Partai Golkar telah memastikan usungannya di 12 daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) menang pada kontestasi Pilkada Serentak 2024.
Adapun kemenangan usungan Golkar di Pilkada di Sulsel yaitu, Andi Sudirman-Fatmawati Rusdi (Pilgub Sulsel), Appi-Aliyah (Pilkada Makassar), Chaidir-Mutazim (Maros), Husniah-Darmawangsyah (Gowa), Natsir Ali-Muhtar (Selayar).
Selanjutnya, Fathul Fauzi-Sahabuddin (Bantaeng), Paris-Islam Iskandar (Jeneponto), Firdaus-Hengky Yasin (Takalar), Suwardi-Selle KS Dalle (Soppeng), Andi Rosman-dr Baso (Wajo), Patahuddin-Dhevi Bijak (Luwu), dan Andi Ina Kartika-Andi Bustan (Barru).
Wakil Sekretaris Golkar Sulsel, La kama Wiyaka mengatakan, dari 12 usungan Golkar menang di Pilkada, tujuh diantaranya merupakan kader Golkar. Mereka adalah, Munafri Arifuddin (Makassar), Dr Baso Rahmanuddin (Wajo), Patahuddin (Luwu).
Kemudian Andi Ina Kartika Sari (Barru), Muhammad Fathul Fauzi Nurdin Abdullah (Bantaeng), Natsir Ali (Selayar) dan Suwardi Haseng (Soppeng). “Ini yang menang, hanya Wajo dan Enrekang wakil. Kalau yang lain adalah bupati/wali kota,” jelas Lakama Wiyaka, Senin 2 Desember 2024.
Meskipun menang di 12 daerah, namun tujuh kader Golkar keok di Pilkada. Mereka adalah, Erna Rasyid (Parepare), Andi Kartini Ottong (Sinjai), Usman Marham (Pinrang), Muh Irpan (Enrekang), Victor Datuan Batara (Tana Toraja), Yohanis Bassang (Toraja Utara), dan Rahmat Masri Bandaso (Palopo).
Kekalahan ini mendorong Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar Sulsel untuk melakukan evaluasi. Sekretaris DPD I Golkar Sulsel, Marzuki Wadeng, menegaskan bahwa meski sejumlah kader Golkar gagal, pencapaian yang berhasil diraih di beberapa daerah patut diapresiasi.
Namun, evaluasi tetap menjadi keharusan untuk meningkatkan strategi partai ke depan. “Bagi kader yang menang, kami berikan apresiasi. Bagi yang belum berhasil, kami akan lakukan evaluasi bersama. Evaluasi ini bukan untuk menghakimi, tapi sebagai bentuk kepedulian dan pembelajaran,” ujar Marzuki.
Ia menjelaskan bahwa evaluasi akan dilakukan dengan melibatkan DPP, karena rekomendasi pencalonan berasal dari tingkat pusat. Tujuan evaluasi adalah memahami kendala yang menyebabkan kekalahan kader Golkar di beberapa daerah.