LAYAR.NEWS – Banjir bandang menerjang beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (4/4/2021) pukul 01.00 WITA.
Hingga Senin (5/4/2021) Pihak berwenang dan tim penyelamat terus berupaya mengevakuasi korban dan memberi bantuan darurat kepada para warga yang terdampak banjir bandang.
Melansir BBC, Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat hingga Senin (5/4/2021) pukul 13.00 Wita, jumlah korban meninggal dunia di Kabupaten Flores Timur bertambah menjadi 69 orang dan 19 lainnya masih dalam pencarian. Dengan rincian sebagai berikut:
- Kecamatan Ille Boleng 57 orang meninggal dan 17 masih dicari
- Kecamatan Adonara 9 orang meninggal dan 2 orang dalam pencarian.
- Kecamatan Wotan Ulumado 3 korban tewas telah dievakuasi.
Adapun jumlah pengungsi di Kabupaten Flores Timur mencapai 256 jiwa. Para warga ini mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike.
Sementara itu, di Kabupaten Lembata, hingga Senin (5/4) pukul 13.00 Wita belum ada data terbaru. Sejauh dilaporkan 11 warga tewas dan 16 lainnya masih hilang.
Dengan demikian, hingga Senin (05/04) siang total jumlah korban yang meninggal dunia tercatat mencapai sedikitnya 80 orang.
Banjir Bandang Terbesar 10 Tahun Terakhir
Banjir bandang yang menerjang NTT kali ini merupakan yang terbesar dari sisi korban jiwa kurun waktu 10 tahun terakhir.
Dalam 1 dekade terakhir, setidaknya ada 2 bencana banjir cukup besar yang pernah melanda NTT.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin (5/4/2021) yang dikutip dari CNBC Indonesia, bencana yang pertama terjadi pada 3 November 2010. Terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, banjir ini mengakibatkan 31 orang meninggal dunia.
Tak hanya korban meninggal, setidaknya ada 7 orang hilang. Kemudian banjir juga menyebabkan 27 orang luka-luka dan 159 rumah rusak.
Kemudain, banjir yang kedua terjadi pada 11 April 2011. Banjir berlokasi di Kabupaten Belu yang mengakibatkan 3.277 rumah rusak. Banjir juga menyebabkan 14 fasilitas umum rusak.
Kali ini banjir kembali melanda dengan korban jiwa yang jauh lebih besar. Setidaknya ada sekitar 938 Kepala keluarga (KK) yang terdampak. Jumlah tersebut setara dengan 2.655 jiwa orang yang terdampak dan hingga kini masih terus dalam pendataan.
Kerugian materiil diantaranya 25 unit rumah rusak, 114 unit rumah rusak sedang, 17 rumah hanyut, 60 rumah terendam, 743 rumah terdampak. Kemudian ada 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 1 unit fasilitas umum terdampak dan 1 unit kapal tenggelam.
Baca berikutnya: Pasca Bom Bunuh Diri, Ketua PGI Sulselbar: Jangan Takut Rayakan Paskah