LAYAR.NEWS, MAKASSAR – Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan (Sulsel) belum memastikan desain konstruksi pembangunan rel kereta api di Kota Makassar.
Pasalnya, terdapat dua pilihan terkait konstruksi jalur rel di wilayah Kota Makassar, yakni elevated dan At Grade.
Kepala BPKA Sulsel, Ammana Gappa mengatakan Wali Kota Makassar tetap mengusulkan pembangunan rel kereta api di Makassar menggunakan desain elevated atau model melayang.
“Pak Wali sudah menyampaikan secara prinsip siap mendukung pengadaan tanah di area Makassar dengan luasan kurang lebih 10 meter. Disampaikan juga beliau berharap bahwa di dalam penlok itu diberikan ruang bahwa pendekatan konstruksinya itu elevated,” jelas Ammana Gappa usai melakukan Rapat Koordinasi Konsultasi Publik Bersama Pemerintah Kota Makassar dan Pemerintah Provinsi Sulsel, di Toraja Room Kantor Gubernur Sulsel, Kamis (7/4/2022).
Amana Gappa menambahkan, adapun pertimbangan Wali Kota Makassar mempertahankan desain elevated, salah satunya ada pergerakan Perda Tata Ruang Kota Makassar.
“Karena ada gesekan Perda yang perlu diperhatikan, bahwa sudah Perda nya tata ruang dan segala macam itu bertabrakan kalau menggunakan konsep yang 50 meter (At Grade-red),” jelasnya.
Ammana Gappa menjelaskan kebutuhan luas lahan untuk pembangunan rel kereta api model elevated hanya membutuhkan luas lahan 10 meter persegi. Sementara versi At Grade membutuhkan 50 meter persegi.
“Kalau at grade kita butuh tanah ROW sekitar 50 meter. Tapi kalau dia elevated itu paling sekitar 10 meter,” ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto mengatakan ada berbagai faktor dirinya mempertahankan desain elevated.
Menurutnya, jika pembangunan jalur kereta api di Makassar menggunakan desain at grade akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Hal itu, mengganggu tata ruang lainnya di wilayah perkotaan.
“Kalau dia 50 meter bertindisan dengan jalan arteri, berbenturan dengan tata ruang,” jelas Danny.
Pasti tetapi manfaatnya juga lebih besar. Kalau di landed itu banyak juga persoalannya yang tidak terukur. Lebih besar daripada harga kontruksinya.
Jadi lebih banyak masalahnya. Lebih macet, air terhambat seperti di Barru terhambat sampai banjir.
Danny menambahkan, jika rel kereta api di Kota Makassar dibangun secara landed atau at grade maka akan timbul permasalahan sosial lainnya.
“Kalau di landed itu banyak juga persoalannya yang tidak terukur. Lebih besar daripada harga kontruksinya. Jadi lebih banyak masalahnya. Lebih macet, air terhambat seperti di Barru terhambat sampai banjir,” jelas Danny.
Maka, demi mempertahankan usulannya tersebut, rencananya dalam waktu dekat Danny akan menghadap ke Menteri Perhubungan untuk mendapatkan restu.