LAYAR.NEWS, MAKASSAR – Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II berhasil tumbuh 7,66 persen (yoy) setelah sebelumnya sempat mengalami kontraksi.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel tersebut berada di atas pertumbuhan nasional yang tercatat 7,07 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) Sulsel, Budi Hartono mengatakan, capaian tersebut dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat yang meningkat di masa PPKM. Serta didukung oleh penyaluran stimulus pemerintah dan relaksasi pembatasan fisik.
“Penerapan disiplin prokes, adaptasi kebiasaan yang lebih baik oleh masyarakat dan dunia usaha, serta upaya akselerasi vaksinasi mendukung peningkatan aktivitas ekonomi,” ujarnya, Jumat (7/8/2021).
Budi mengatakan, tingkat konsumsi masyarakat sudah naik yang sebelumnya 54 persen menjadi 70 persen.
“Berarti memang ada dorongan konsumsi apakah bansosnya sukses, apakah itu penghasilannya naik atau sudah mulai ada kepercayaan dari sisi konsumerisme-nya juga govermen terus menggojloki stimulus,” sebut Budi.
Ekspor juga salah satu pendorong ekonomi Sulsel meningkat. Adapun produk ekspor Sulsel yakni nikel, produk pertanian dan perikanan.
“Ekspor komoditas kelautan dan perikanan memang luar biasa di sini dan yang terbesar ada di tiongkok dan di amerika,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan yang tinggi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor basis pertumbuhan ekonomi rendah (low base effect).
Lapangan Usaha (LU) Transportasi dan Pergudangan, Perdagangan, dan Konstruksi merupakan kontributor utama perbaikan ekonomi.
LU Transportasi dan Pergudangan tumbuh mencapai 73,95 persen (yoy), seiring dengan aktivitas penumpang pesawat dan kapal laut yang meningkat.
“Perdagangan sumbangsinya tinggi karena kita kota perdagangan, itu 7 persen sangat bagus. Indutri pengolahan juga sangat bagus 11 persen,” ujar Budi.
Sementara peningkatan aktivitas masyarakat tercermin dari meningkatnya konsumsi bahan bakar, Google Mobility Index, dan occupancy rate perhotelan.
Sejalan dengan hal tersebut, perbaikan LU Perdagangan secara bertahap ditopang oleh pemulihan segmen ritel serta peningkatan penjualan kendaraan seiring dengan penerapan stimulus PPnBM.
Peningkatan Indeks Penjualan Ril (PR), penggunaan listrik segmen bisnis dan industri, serta outstanding kredit modal kerja turut mengonfirmasi pemulihan LU Perdagangan.
“Perbaikan LU Konstruksi ditopang oleh percepatan penyelesaian proyek strategis serta realisasi belanja pemerintah,” jelas Budi.
Belanja modal pada periode laporan tercatat Rp544,08 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp259,47 miliar.
Dari sisi pengeluaran, kinerja konsumsi dan investasi menopang pemulihan. Kinerja positif konsumsi rumah tangga 7,55 persen (yoy) didukung oleh peningkatan income seiring dengan relaksasi pembatasan fisik, panen raya tabama, dan stimulus PEN.
Peningkatan konsumsi tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 38,08 persen dan 6,459 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan trimulan sebelumnya yang tercatat 11,03 persen (yoy) dan 4,39 persen (yoy).
“Momen HBKN Ramadan dan Idul Fitri turut mendukung pemulihan konsumsi. Komponen konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 17,68 persen (yoy) seiring dengan aktivitas kedinasan yang meningkat,” katanya.
“Hal tersebut tercermin dari belanja pegawai APBD provinsi yang terealisasi 46,37 persen, lebih tingi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi 39,559 persen,” tambah Budi.
Baca berikutnya: Ekonomi Sulsel Tumbuh 7,66 persen di Tengah Pandemi