LAYAR NEWS — Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad kembali mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Meski pria berumur 96 tahun itu telah keluar masuk rumah sakit karena memiliki penyakit jantung, namun keadaan itu tidak menghentikan Mahathir untuk maju kembali.
Akhir bulan lalu dia juga menyatakan bersedia kembali menjadi perdana menteri jika tidak ada pilihan lain.
“Pada kenyataannya, saya lebih suka beristirahat dan hanya menjadi penasihat bagi yang lain saja. Tapi jika saya terus diminta menjadi perdana menteri dan tidak ada kandidat lain, saya akan menerima,” kata dia dalam konvensi Gerakan Tanah Air 24 September lalu.
Sebelumnya Mahathir pernah menjadi PM Malaysia dua kali. Kekuasaan pertamanya berlangsung selama 22 tahun yang dimulai pada 1981 – 2003. Kemudian pada 2018, Mahathir yang berumur 92 tahun kala itu terpilih menjadi PM Malaysia kembali.
Hingga kini Mahathir belum mengatakan apakah dia akan menjadi PM kembali jika aliansi partai politiknya memenangi pemilu Desember nanti.
“Kami belum memutuskan siapa yang akan menjadi perdana menteri karena calon perdana menteri hanya relevan jika kami menang,” jelas Mahathir, seperti dilansir BBC, Rabu (12/10).
Dibubarkannya parlemen Malaysia pada Senin lalu adalah penyebab utama diadakannya pemilu Desember nanti. Pemerintah Malaysia yakin pemilu nanti akan mengakhiri ketidakstabilan politik setelah adanya krisis skandal keuangan 1MDB yang menyeret mantan PM Najib Razak.
Dunia perpolitikan adalah lingkungan yang tidak asing bagi Mahathir. Dia pertama kali menjadi anggota parlemen Malaysia pada 1964. Kariernya sebagai politisi pun mendapat pujian ketika dia dikenal sebagai orang yang mampu membangun dan mengubah ekonomi Malaysia pada 1980an.
Pada 2018 pun dia kembali mencalonkan diri menjadi PM Malaysia melawan Najib Razak. Dengan bantuan Anwar Ibrahim, anggota oposisi parlemen Malaysia, Mahathir berhasil mengalahkan Najib Razak kala itu.
Nasib Najib setelah kekalahan semakin merosot. Saat itu saja Najib didakwa kasus pencucian uang dan akhirnya dia dipenjara atas tuduhan pencucian uang dan penyalahgunaan kekuasaan Agustus lalu.
Namun pada pemilu Februari 2020, koalisi partai politik Mahathir kalah pemilu. Dia pun tidak terpilih menjadi PM.
Kini dengan akan diadakannya pemilu, warga Malaysia diberikan kesempatan untuk memilih calon pemimpin yang mampu membawa Malaysia keluar dari ketidakstabilan politik.