LAYAR.NEWS, Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa Gunungapi Ibu mengalami erupsi berturut-turut sejak Jumat, 17 Januari 2025, pagi.
Pos Pemantauan Gunungapi (PGA) Ibu di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara mencatat terjadi delapan kali erupsi Gunungapi Ibu sepanjang Jumat hingga siang pukul 12.00 WIT.
“Rata-rata tinggi kolom abu teramati 700 meter di atas puncak,” tulis keterangan dalam siaran pers BNPB yang diterima jurnalis Jumat malam.
Pasca dikeluarkannya status Level IV Awas untuk Gunung Ibu, Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 33/KPTS/I/2025 tentang ‘Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Api Ibu di Kabupaten Halmahera Barat’ yang berlaku selama 14 hari terhitung sejak tanggal 15 Januari 2025 hingga 28 Januari 2025.
“Guna memperlancar koordinasi penanganan darurat ini, Pemerintah membentuk Pos Komando yang diketuai oleh Dandim 1501/Ternate. Pos Komando terletak di kantor Bupati Halmahera Barat,” lanjut BNPB.
Satgas Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Ibu melaksanakan evakuasi warga di lima desa di Kecamatan Tabaru antara lain: Desa Sosangaji, Desa Tuguis, Desa Togoreba Sungi, Desa Borona, dan Desa Todoke.
Berdasarkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) desa-desa ini berpotensi risiko ancaman lahar dan lava pijar. Proses evakuasi warga nantinya akan dibantu oleh personil TNI setempat.
Sebelumnya pada Kamis, 16 Januari, petugas telah mengevakuasi warga desa Sangaji Nyeku ke titik pengungsian di Gereja Tongotesungi, Desa Akesibu, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Desa ini merupakan desa terdekat dengan jarak 3,7 km dari puncak. Total sementara warga yang mengungsi hingga hari ini sebanyak 221 jiwa. BNPB mengimbau warga khususnya warga di sekitar Gunung Ibu untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ibu.
Mengingat saat ini memasuki periode panen pala di Halmahera Barat, BNPB mengimbau para petani pala di sekitar desa terdampak untuk melakukan aktivitas di kebun secara berkelompok pada siang hari dan kembali ke lokasi pengungsian pada malam harinya.