LAYAR NEWS, MAKASSAR — Interaksi akun media sosial milik figur politisi atau elit partai terhadap followers atau pengikutnya sangat penting dalam upaya membangun kepercayaan atau tingkat keterpilihan bagi mereka yang hendak berkompetisi di pemilihan.
Interaksi atau keterlibatan followers seperti itu seperti like, berkomentar, direct massage (DM) hingga share konten yang dipublikasikan.
Interaksi ini dapat dianalisa melalui engagement rate (ER) berbagai platfrom akun sosial media. Namun kali ini akan mengkhusukan akun Instagram politisi dan kepala daerah yang disebut-sebut akan berkontestasi di pemilihan gubernur Sulsel 2024 mendatang.
Konsultan Digital Marketing Ilham Akbar menyebutkan terlibatan followers terhadap akun yang diikutinya dapat diukur dengan menggunakan kalkulator ER. Metode ini, kata dia, tak hanya lazim digunakan di dunia markting barang dan jasa tapi juga politik.
Ilham menganalisa lima tokoh yang sudah menyatakan diri akan maju dan digadang-gadang ikut Pilgub 2024, seperti mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe, Bupati Gowa, Adnan Puritha Ichsan Yasin Limpo, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, dan Wali Kota Makassar, Danny Pomanto.
Taufan Pawe yang juga Wali Kota Parepare, nama akun @taufanpawe, memiliki ER tertinggi terhadap pengikutnya dibanding empat figur lain. Dia memiliki ER sebesar 3.48 persen dari 40.000 followers akunnya.
Kemudian Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan dengan nama akun @adnanpurichtaichsan punya interaksi 1.9 persen dari 195.000 pengikut. Disusul Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman (@andisudirman.sulaiman) dengan 1.52 persen interaksi dari 77.800 pengikutnya.
Selanjutnya politisi senior dari Golkar Ilham Arief Sirajuddin (@acho145) dengan 1.23 persen interaksi dari 26.400 pengikut. Terakhir, Danny Pomanto (@dpramdhanpomanto) dengan nilai 0.88 persen interaksinya kepada 101.400 pengikutnya.
“Walau jumlah followers tinggi tapi engagement rate rendah justru kurang bagus, ” kata Ilham Akbar, Konsultan Digital Marketing kepada Portalmedia.ID, Kamis (26/1/2023).
Selanjutnya, kata dia, ER butuh lagi pendalaman apakah positif atau negatif terhadap respon pengikut atau netizen. “Apakah sentimennya bernilai positif atau negatif. Tapi untuk mengukur sentimen ini punya metode lain lagi, ” ujarnya.