LAYAR NEWS, Makassar – Daging dan telur ayam merupakan sumber protein hewani yang diklaim sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Dua jenis sumber makanan ini punya nilai gizi yang sangat tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan tubuh.
Pemerintah dan pelaku usaha terus mempromosikan konsumsi daging ayam dan telur sebagai menu makanan keluarga kepada masyarakat. Termasuk di Sulawesi Selatan. Namun bahan pangan tersebut memiliki resiko terkontaminasi oleh mikroba yang resisten terhadap antimikroba yang dapat ditularkan kepada manusia.
“Antimikroba resisten terjadi akibat penggunaannya yang tidak sesuai indikasi penyakit, dosis tidak tepat, tata cara pemakaian tidak tepat dan tidak memperhatikan lama pemberiannya pada manusia, hewan ternak, maupun pada budidaya ikan,” tulis akun Instagram Dinas Kesehatan Hewan Sulsel yang dilansir Rabu, 21 Februari 2024.
Kondisi ini menurut Dinskeswan Sulsel menyebabkan mikroba bermutasi dan tidak mempan terhadap berbagai jenis antimikroba. “Pada sektor kesehatan hewan, kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi serta penatagunaan antimikroba disebut merupakan strategi utama dalam pengendalian resistensi antimikroba,” lanjut Dinkeswan.
Hal itu bertujuan untuk menurunkan kejadian infeksi penyakit dan memastikan antimikroba digunakan atas anjuran dan pengawasan oleh dokter hewan. Bersama pemerintah, Food and Agriculture Organization of the United Nations mengadakan proyek percontohan Pengendalian resistensi antimikroba di Sulsel.
Agenda ini dimaksudkan memberikan edukasi kepada masyarakat terutama praktisi yang berkaitan tentang bagaimana penggunaan antimikroba yang tepat. Dengan penggunaan yang tepat, upaya mikroba untuk merusak semua potensi yang ada di dalam dua jenis makanan utama daging dan telur bisa berhenti.
(Sumber foto: Halodoc)