LAYAR NEWS — Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa tidak akan ada gencatan senjata dan tidak akan ada pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza, kecuali semua sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan. Penegasan Netanyahu ini meredam seruan gencatan senjata yang semakin marak, terutama dari komunitas internasional.
Seperti dilansir Al Arabiya dan Al Jazeera, Rabu (8/11/2023), Israel menghadapi seruan internasional yang semakin meningkat untuk melakukan gencatan senjata atau ‘jeda’ dalam pertempuran dengan Hamas di Jalur Gaza ketika perang memasuki bulan kedua. Namun Netanyahu mengabaikan seruan-seruan itu.
“Tidak akan ada masuknya bensin… tidak ada gencatan senjata tanpa pembebasan para sandera,” tegas Netanyahu dalam pernyataan terbarunya yang disiarkan televisi lokal Israel. Media The Times of Israel menyebut pernyataan Netanyahu itu disampaikan dari markas besar militer Kirya di Tel Aviv.
Netanyahu menuntut agar Palang Merah diberikan akses terhadap para sandera yang kini ditahan di wilayah Jalur Gaza. Netanyahu juga mengungkapkan bahwa militer Israel saat ini sedang melakukan pengepungan di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, dan beroperasi di dalamnya dalam konteks perang melawan Hamas yang terus berlanjut.
“Gaza City dikepung. Kami beroperasi di dalamnya,” sebutnya.
Dia menyerukan kembali kepada warga sipil Palestina yang ada di Jalur Gaza untuk segera mengungsi ke zona selatan demi keselamatan mereka sendiri. “Kami tidak akan berhenti,” ucapnya.
Dalam pernyataannya yang menandai sebulan perang Israel melawan Hamas ini, Netanyahu juga memberikan peringatan untuk kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon. Dia menyebut Hizbullah akan ‘melakukan kesalahan besar’ jika membuka front baru dalam perang dari basisnya di Lebanon.
Perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas dimulai 7 Oktober ketika kelompok milisi Palestina itu menyeberang dari perbatasan Jalur Gaza dan menyerbu wilayah Israel bagian selatan. Menurut otoritas Israel, sekitar 1.400 orang yang sebagian besar warga sipil tewas akibat serangan Hamas.
Para pejabat Tel Aviv juga menyebut lebih dari 240 orang, yang tidak hanya terdiri atas warga sipil dan tentara Israel tapi juga warga negara asing, disandera oleh Hamas dan dibawa ke Jalur Gaza. Serangan Hamas itu tercatat sebagai serangan terburuk terhadap Israel sejak negara itu didirikan tahun 1948 silam.
Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza, yang menjadi rumah bagi sekitar 2,4 juta orang. Israel juga mengerahkan operasi darat yang semakin diperluas ke dalam wilayah Jalur Gaza dengan tujuan menumpas Hamas.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut lebih dari 10.300 orang, sebagian besar warga sipil dan nyaris separuhnya anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel.