LAYAR.NEWS, Makassar — Lembaga survei Indikator merilis hasil survei Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan. Hasil survei itu, Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) unggul jauh dibanding Paslon Danny Pomanto-Azhar Arsyad (DIA).
Dalam laporan survei, Andalan Hati jauh melejit dengan capaian elektabilitas 63,1 persen. Paslon DIA jauh tertinggal dan hanya memperoleh elektabilitas 17, 9 persen. Responden yang belum menentukan pilihan sebesar 18,9 persen dan yang menyatakan diri golput atau tidak memilih sebesar 0,2 persen.
“Dengan rentang jarak angka yang demikian besar, dapat dikatakan bila paslon Andi Sudirman-Fatma yang berakronim Andalan Hati ini sudah sangat sulit terkejar, mengingat waktu pemilihan hanya tersisa kurang lebih sebulan lagi,” kata Founder dan Peneliti Utama Indikator, Prof Burhanuddin Muhtadi dalam rilis itu, Minggu, 13 Oktober 2024.
Survei Indikator ini dilakukan pada 26 September-3 Oktober 2024. Dalam survei ini, Indikator bertujuan memotret kecenderungan sikap dan perilaku pemilih di Provinsi Sulsel dan ingin mengetahui faktor-faktor penting yang berkaitan dengan pilihan-pilihan tersebut.
Baik dari perspektif gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, preferensi agama, afiliasi ormas dan preferensi suku dan lain-lain. Di samping itu, survei ini juga mencoba melakukan pemetaan popularitas, akseptabilitas serta elektabilitas paslon yang ikut berkompetisi dalam kontestasi Pilgub Sulsel.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 800 orang dari seluruh kabupaten dan kota di Sulsel yang terdistribusi secara proporsional. Kemudian dilakukan oversample di Kabupaten Bone menjadi 400 responden.
Metode yang digunakan adalah metode simple random sampling, yang memiliki toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar kurang lebih 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95,0 persen.
“Sedang quality control terhadap hasil wawancara, dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti,” demikian kata Prof Burhanuddin Muhtadi.