LAYAR.NEWS, Jakarta — Kementerian Agama (Kemenag) RI bakal dipermudah untuk memperhitungkan atau hisab awal bulan Hijriah lewat aplikasi memadai. Kemenag telah menerima software aplikasi Alfalak 2025.
Aplikasi itu diserahkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Penyerahan software ini berlangsung dalam Pertemuan Ahli Hisab Rukyat di Jakarta. Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh perwakilan BIG, Khafid, kepada Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat.
Software aplikasi Alfalak 2025 merupakan platform hisab falak kontemporer yang dikembangkan untuk mempermudah perhitungan astronomi Islam dalam menentukan awal bulan Hijriah.
Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam proses hisab yang selama ini masih banyak dilakukan secara manual. Arsad mengapresiasi inovasi yang dihadirkan BIG.
Menurutnya, selama ini perhitungan awal bulan Hijriah masih mengandalkan metode manual. Kehadiran aplikasi ini dapat memberi solusi berbasis teknologi yang lebih akurat dan efisien.
“Selama ini kita menggunakan hitungan manual. Mungkin dengan adanya aplikasi ini, kita mendapatkan inovasi baru yang bisa menjadi rujukan dalam menentukan awal bulan Hijriah,” ujarnya dilansir dari laman resmi Kemenag RI, Sabtu, 22 Februari 2025.
Software aplikasi Alfalak 2025 dikembangkan dengan mengacu pada prinsip-prinsip astronomi modern yang selaras dengan metode hisab yang digunakan oleh para ulama dan pakar falak.
Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur perhitungan posisi bulan dan matahari secara real-time, sehingga dapat memberi hasil yang lebih presisi.
Selain itu, software aplikasi ini juga dirancang agar mudah digunakan oleh para ahli hisab, akademisi, dan lembaga yang berkepentingan dalam penentuan awal bulan Hijriah. Diharapkan, aplikasi ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dan instansi terkait.
Kemenag berencana untuk mengintegrasikan software aplikasi Alfalak 2025 ke dalam sistem penentuan awal bulan Hijriah yang selama ini telah diterapkan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat sistem hisab yang berbasis pada data ilmiah dan teknologi terkini.
“Pengembangan teknologi falak berbasis software aplikasi ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan keagamaan bagi masyarakat,” ungkap Arsad.