LAYAR NEWS, Makassar – Barongko, salah satu jenis kue tradisional Sulawesi Selatan, memiliki asal-usul yang menarik. Dalam bahasa Makassar, jajanan manis ini dikenal sebagai “Kanre Jawa.” Istilah Kanre ini merujuk pada makanan manis. Seementara kata “Jawa” merujuk pada orang-orang Pulau Jawa.
Adopsi istilah “Kanre Jawa” muncul melalui interaksi antara suku Makassar dan Jawa, ketika Kerajaan Gowa berkomunikasi dengan kerajaan di Jawa. Adat istiadat masyarakat Bugis-Makassar juga memberi pengaruh pada pemberian nama makanan tradisional.
Dilansir sepenuhnya dari Sejarah Gastronomi Kue Barongko dari Makassar, Universitas Multimedia Nusantara, Jumat, 8 Maret 2024, masyarakat Makassar memiliki norma tinggi tentang persaudaraan. Dan banyak makanan tradisional Makassar dinamai berdasarkan suku-suku yang memiliki hubungan dengan Kerajaan Gowa.
Baik di Sulawesi Selatan maupun di masa kekuasaan kerajaan. Contohnya adalah jajanan manis yang diberi nama “Kanre Jawa” untuk mencirikan preferensi orang Jawa terhadap rasa manis dan cara makan yang lambat. Nama Barongko diambil dari singkatan dalam bahasa Bugis-Makassar “Barang natongji naroko”.
Yang berarti barang dibungkus sendiri. Nama ini dipilih karena Barongko adalah kue berbahan dasar pisang yang dibungkus dengan daun pisang. Ketika melihat sederhananya kue Barongko, sebenarnya terdapat nilai filosofis yang mendalam. Pisang sebagai bahan utama dan daun pisang sebagai kemasannya memiliki makna bahwa keselarasan antara apa yang terlihat dan apa yang ada di dalam diri kita harus tetap terjaga.
Bentuk persegi panjang Barongko juga mengandung filosofi tentang empat unsur dalam kehidupan: angin, air, api, dan tanah, yang semuanya harus seimbang. Cara pembungkusan kue ini juga memiliki makna khusus. Daun pisang sebagai bungkusnya melambangkan penghormatan terhadap makanan.
Adat masyarakat Bugis-Makassar mengajarkan untuk tidak langsung menyentuh makanan yang akan disajikan kepada tamu dengan piring, melainkan dengan alas daun pisang. Hal serupa terjadi pada Barongko, yang harus digiling sebelum bungkusnya dibuka.
(Sumber foto: pariwisataindonesia.id)