LAYAR NEWS, MAKASSAR – Nilai penting yang dipegang teguh PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) dalam bisnis pertambangannya, yakni People, Planet, dan Profit (3P), disampaikan oleh Chief Human Capital Officer (CHCO) PT Vale, Adriansyah Chaniago, saat menjadi pembicara dalam diskusi terkait peran pengusaha dalam membangun perekonomian Sulawesi Selatan.
Diskusi yang bertemakan “Sinergi Pengusaha dan Pemerintah Menghadapi Transisi Energi yang Berkeadilan” digelar oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulsel di Hotel Claro Makassar, Senin (7/10/2024).
Sektor pertambangan dan industrinya, menurut Adriansyah, harus berjalan dengan mengikuti prinsip-prinsip berkeadilan (prinsip yang memastikan semua pihak mendapat manfaat yang seimbang).
Oleh karena itu, tambang harus memberi manfaat untuk manusia (People), melestarikan lingkungan (Planet), dan memanfaatkan profit yang dihasilkan untuk keberlanjutan (sustainability).
Diskusi ini merupakan bagian dari Rapat Kerja dan Konsultasi Provinsi Apindo Sulawesi Selatan, yang dibuka oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman.
Beberapa tokoh penting turut hadir, termasuk Ketua Bidang Organisasi DPN Apindo Anthony Hilman, Ketua Apindo Sulsel Suhardi, dan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA) Hendra Sinadia.
Dalam diskusi yang dipandu oleh wartawan senior Andi Suruji, Adriansyah menjelaskan bahwa konsep sustainability (keberlanjutan) sangat penting dalam industri pertambangan.
“Sejak awal, kami sudah menerapkan prinsip 3P, yakni People, Planet, dan Profit. Selain mengejar keuntungan, kita juga harus memperhatikan aspek manusia dan lingkungan sebelum fokus pada ekonomi. Jika ketiganya diterapkan, maka prinsip keadilan (justice) dapat tercapai,” jelasnya.
Adriansyah juga menekankan bahwa PT Vale telah menggunakan energi hijau melalui tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas total 365 Megawatt.
Energi ini mendukung produksi nikel matte (paduan nikel yang digunakan dalam industri baja tahan karat) sekitar 70 ribu ton per tahun. Namun, ia juga mengakui bahwa tantangannya adalah tidak semua daerah memiliki infrastruktur energi hijau yang memadai.
Selain itu, Adriansyah menjelaskan bahwa sektor pertambangan membutuhkan energi yang sangat besar dan menghasilkan banyak limbah, terutama karena aktivitas pertambangan berada di fase upstream (proses awal produksi yang lebih intensif).
Nikel yang diolah di PT Vale adalah nikel jenis laterite (nikel yang ditemukan di batuan tanah), yang hanya mengandung sekitar 1,7 hingga 1,8 persen nikel, sehingga sisanya menjadi limbah.
Dalam mewujudkan industri pertambangan yang adil dan berkelanjutan, PT Vale menjalankan nilai People, Planet, dan Profit dengan menjaga kejernihan Danau Matano selama lebih dari 50 tahun dan melakukan rehabilitasi lahan hutan secara progresif, tiga kali lipat dari luas bukaan lahan eksplorasi.
Reforestasi (penanaman kembali pohon untuk memulihkan hutan) dilakukan di 17 daerah di Sulawesi Selatan, 6 daerah di Sulawesi Tenggara, 2 daerah di Sulawesi Tengah, serta di Jawa Barat dan Bali.
Upaya ini telah mendapatkan pengakuan berupa Proper Hijau (penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk pengelolaan lingkungan yang baik) dan penghargaan Good Mining Practices dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kolaborasi dengan Apindo, Berdayakan UMKM, PT Vale Konsisten
Ketua Apindo Sulawesi Selatan, Suhardi, memberikan apresiasi besar kepada PT Vale atas dukungannya terhadap kegiatan Apindo Sulsel, termasuk kontribusi aktif dalam membina Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
PT Vale telah membuka booth di Sentra UMKM Apindo Sulsel, yang selama setahun terakhir telah membantu meningkatkan omzet (total pendapatan) UMKM binaan.
Menurut Head of External Relation PT Vale, Endra Kusuma, produk UMKM kini telah dikenal di Sulawesi Selatan, dan finansial UMKM mengalami peningkatan berkat booth tersebut.
“Secara penjualan, UMKM mendapat 100 persen dari penjualan di booth ini,” tuturnya.