fbpx
No menu items!
ADVERTISEMENT

Sering Memendam Emosi? Ini Bahayanya bagi Kesehatan

Promo

ADVERTISEMENT

LAYAR.NEWS – Sebagian orang lebih memilih untuk memendam emosi dari pada mengekspresikannya. Padahal, terbiasa memendam emosi dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.

Ketika emosi tidak dikeluarkan, energi negatif hasil dari emosi tidak pergi dari tubuh dan akan tertahan dalam tubuh. Energi negatif yang seharusnya dikeluarkan menjadi tersimpan dalam tubuh dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh, termasuk otak.

Bagi Kamu yang gemar memendam emosi, sebaiknya mulailah belajar mengekspresikannya atau membaginya dengan orang lain.

ADVERTISEMENT

Berikut bahaya memendam emosi bagi kesehatan seperti dikutip dari Hello Dokter:

Meningkatkan risiko penyakit dan kematian

Energi akibat dari emosi merupakan energi yang tidak sehat bagi tubuh. Energi dari emosi yang ditekan bisa menjadi penyebab dari tumor, pengerasan arteri, kaku sendi, serta melemahkan tulang, sehingga hal ini dapat berkembang menjadi kanker, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan membuat tubuh rentan terhadap penyakit.

Memendam emosi juga membawa pengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Penelitian yang diikuti selama 12 tahun menunjukkan, orang yang sering memendam perasaannya memiliki kemungkinan mati muda. Setidaknya 3 kali lebih besar, dibandingkan dengan orang yang terbiasa mengekspresikan perasaannya.

ADVERTISEMENT
Baca juga:  Jangan Abaikan, Kenali Gejala Stres karena Pekerjaan

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychosomatic Research ini menemukan bahwa memendam emosi dapat meningkatkan risiko kematian karena penyakit jantung dan juga kanker. Penelitian ini juga turut membuktikan penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara emosi negatif, seperti marah, cemas, dan depresi, dengan pengembangan dari penyakit jantung (Kubzansky dan Kawachi, 2000).

Orang yang terbiasa memendam emosinya akan membawa pikiran negatif dalam tubuh yang dapat mengganggu keseimbangan hormon. Hal ini meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan kerusakan sel, seperti kanker.

Risiko kesehatan meningkat ketika seseorang tidak mempunyai cara mengekspresikan perasaannya. Dalam kasus apapun, para peneliti memperingatkan bahwa emosi yang tertahan dalam tubuh dan pikiran dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental yang serius dan bahkan kematian dini.

ADVERTISEMENT

Beberapa ahli menyarankan untuk dapat mengutarakan emosi yang dirasakan, terutama emosi yang menyedihkan, agar kesehatan mental tetap terjaga. Marah dapat membantu mengurangi dampak negatif dari stres.

Baca juga:  Yuk, Redam Stres dengan Baca Buku di Akhir Pekan

Rentan terhadap inflamasi (peradangan)

Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi dan kerentanan terhadap inflamasi atau peradangan.

Peneliti Finlandia melaporkan bahwa orang-orang dengan diagnosis ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi, juga dikenal sebagai Alexythymia, memiliki kadar zat kimia inflamasi, seperti protein C-reaktif sensitivitas tinggi (hs-CRP) dan interleukin (IL-6), yang lebih tinggi dalam tubuh. CRP merupakan penanda inflamasi untuk jantung koroner.

Studi lainnya yang dilakukan oleh Middendorp, et al. (2009) pada penderita rheumatoid arthritis menemukan bahwa orang-orang yang didorong untuk bertukar perasaan dan mengekspresikan emosi akan memiliki kadar penanda inflamasi dalam darah yang lebih rendah dibandingkan mereka yang memendam perasaan mereka untuk diri mereka sendiri.

Pada tahun 2010 sebuah studi yang dilakukan pada 124 siswa menemukan bahwa situasi sosial di mana orang merasa dihakimi atau ditolak meningkatkan kadar dua bahan kimia pro-inflamasi, yaitu interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha) yang sering ditemukan pada penyakit autoimun.

Baca juga:  Kenali Ciri-ciri Pelecehan Emosional, Dapat Berdampak Serius Loh!

Hasil sebaliknya ditemukan pada penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang yang bahagia memiliki kadar zat kimia inflamasi yang lebih rendah. Sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam Journal of Association for Psychological Science, menemukan bahwa pendekatan kehidupan dengan sikap positif adalah penawar yang kuat terhadap stres, nyeri, dan penyakit.

Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa memendam emosi dapat memicu penyakit dalam tubuh. Zat penanda inflamasi ditemukan lebih tinggi pada orang-orang yang tidak bisa mengekspresikan emosi mereka. Inflamasi sendiri dapat terjadi di beragam penyakit, seperti penyakit jantung, arthritis, asma, dementia, osteoporosis, irritable bowel syndrome (IBS), dan beberapa jenis kanker. Oleh karena itu, orang yang tidak bisa menyalurkan pikiran dan perasaannya dapat terserang berbagai macam penyakit.

Baca berikutnya: Ragam Manfaat Tahu, Mencegah Sembelit Hingga Kanker

ADVERTISEMENT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ADVERTISEMENT

Terkini

9 Tahun Ditahan Warga Afrika Selatan Dideportasi dari Makassar, Ini Jenis Pelanggarannya

Setelah ditahan 9 tahun lamanya oleh petugas Imigrasi, Rudenim Makassar mendeportasi warga Afrika Selatan ke negaranya kembali.
ADVERTISEMENT

Populer

Berita Terkait

ADVERTISEMENT