LAYAR NEWS — Ahli Geologi, Awang Harun Satyana mengatakan, para ahli geologi sempat menduga bahwa gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) lalu disebabkan oleh aktivitas Sesar Cimandiri.
Sesar Cimandiri merupakan jalur sesar besar yang memanjang hampir 100 km dan terbagi ke segmen-segmen sesar yang melintasi wilayah kabupaten-kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan Bandung.
“Sesar ini secara umum merupakan jalur sesar mendatar yang bergerak geseran kiri atau sinistral. Begitu pun sifat sesar penyebab gempa Cianjur kemarin. Jadi, tidak heran (jika) para ahli menduga gempa kemarin berhubungan dengan Sesar Cimandiri,” sebut Awang melalui pernyataan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (26/11/2022).
Namun, analisis data lanjutan menunjukkan bahwa pusat gempa yang menimbulkan 310 korban jiwa tersebut bukan berasal dari zona Sesar Cimandiri. Sebab, lokasi pusat gempa berada di 10 km dari sisi terluar zona Sesar Cimandiri.
“Pusat gempa Cianjur kemarin berada di area lereng tenggara Gunung Gede dan dari peta geologi yang ada. Tidak ada sesar terpetakan, tetapi hanya endapan muda gunung api muda berupa lapukan lahar atau breksi volkanik, lava, dan tuf atau abu vulkanik,” jelas Awang.
Awang menjelaskan, peta geologi yang dimaksud adalah peta geologi Lembar Cianjur yang selesai dipetakan pada 1972 oleh Geolog Utama dari Direktorat Geologi, Sudjatmiko.
Melalui keterangan tertulisnya, Awang menyebutkan dua kemungkinan sesar utama penyebab gempa Cianjur, yaitu sesar tua yang seusia Sesar Cimandiri atau sekitar 20 juta tahun yang tak terpetakan akibat tertutup endapan gunung api muda yang berusia di bawah 1 juta tahun atau sesar yang baru terbentuk oleh proses geologi yang menekan wilayah Jawa Barat dan menyebabkan patahan batuan lalu gempa.
“Jawa Barat, seperti keseluruhan Pulau Jawa memang secara geologi sedang tertekan. Sebab, terdapat lempeng -blok litosfer Bumi (dan) Samudra Hindia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7 cm per tahun dan menyusup ke bawah Pulau Jawa,” sebut Awang.
“Gerakan lempeng samudra ini meskipun perlahan telah membangun energi tekanan di atas Pulau Jawa, menekan seluruh batuannya, dan suatu waktu kompleks batuan yang ditekan itu akan patah, pecah, bergeser, dan energinya berubah menjadi energi gempa,” lanjutnya.
Hingga Jumat (25/11/2022) sore, melalui akun Instagram resminya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melaporkan bahwa terdapat 310 korban jiwa, dan 39 orang dalam proses pencarian, 2.045 orang luka-luka, dan 62.545 orang mengungsi akibat peristiwa ini.
Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, sebanyak 363 sekolah, 144 tempat ibadan, 3 unit fasilitas kesehatan, dan 16 gedung perkantoran rusak.