LAYAR NEWS – Bulan suci Ramadan bagi umat muslim, tak hanya tentang menjalankan ibadah wajib. Lebih dari itu, makna puasa juga memberikan banyak manfaat dalam kehidupan baik kesehatan fisik maupun mental serta spiritual. Kondisi ini tentu berimbas positif membentuk kebiasaan yang baru dalam tatanan kehidupan ke depan.
Makna ibadah berpuasa, dapat membentuk new habits atau kebiasaan-kebiasaan baru seseorang yang betul-betul menjalankannya dalam tatanan kehidupan. Prinsip berpuasa bahkan menjadi modal seseorang, khususnya umat muslim ke depan agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Bulan suci Ramadan adalah bulan dimana semua semua umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan puasa. Namun ada hal menarik mungkin yang kita perlu perhatikan di balik perintah kewajiban berpuasa ini bagi umat Islam. Sebagaimana yang tertuang dalam Surah Al-Baqarah Ayat 183, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ya ayyuhalladzina amannu kutiba alaikumush-shiyamu kama kutiba aalalladzina ming qablikum la‘allakum tattaqun. (Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).
Ayat suci Al-Quran melalui Al-Baqarah tentang berpuasa punya akhir yang sangat menarik dan bermakna. Yaitu: لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ (la‘allakum tattaqun). Kita ingin mencapai takdir akhir kita, destiny kita yaitu menjadi orang yang bertakwa. Karena hanya orang bertakwa inilah yang nantinya akan selamat di dunia dan di akhirat.
Pada hakikatnya, ibadah puasa yang kita laksanakan sebulan penuh adalah sebuah upaya pembentukan pola hidup atau kebiasaan baru di kemudian hari. Destiny atau tujuan yang ingin kita capai yaitu sebagai orang yang bertakwa dan lebih dekat dengan Allah SWT. Ini adalah salah satu bagian dari pembentukan karakter.
Yaitu karakter orang-orang yang bertakwa. Bulan puasa ini adalah peluang bagi kita untuk menata kembali kebiasaan-kebiasaan kita dalam kehidupan. Hikmah pembentukan karakter baru sepanjang bulan suci Ramadan di antaranya: kita dipaksa untuk bangun lebih pagi jam empat atau bahkan mungkin setengah empat untuk melaksanakan sahur.
Karena diwajibkan, maka kita bangun setiap hari kurang lebih jam setengah empat atau jam empat. Harapannya di luar bulan suci Ramadan nanti setelah kita melaksanakan 30 hari puasa, bangun lebih awal bukan lagi menjadi suatu hal yang berat. Sehingga banyak hal yang bisa kita lakukan pada saat kita terbangun di jam empat pagi atau lebih pagi.
Yang kedua, bulan puasa melatih kita untuk menahan diri dari kata-kata yang tak baik. Karena bisa jadi, ini akan membuat puasa kita menjadi tidak afdol. Sehingga kita dilatih untuk Fal Yaqul Khairan Aw Liyasmut yang berarti: berkata yang baik atau diam. Ini adalah sebuah proses pembentukan kebiasaan yang memaksa kita untuk tidak semau-maunya bicara yang tak baik.
Berikutnya, makna lain yang dapat kita ambil dalam bulan suci Ramadan ini adalah melaksanakan salat tarawih secara berjemaah selama 30 hari. Sebuah kebiasaan yang mungkin di luar bulan suci Ramadan nanti, akan berdampak pada kedisiplinan kita untuk melaksanakan salat lebih taat karena pendidikan di bulan Ramadan.
Sehingga, inti utama dari bulan suci Ramadan ini adalah bagaimana kita tidak hanya menahan haus dan lapar, tapi bagaimana kita menyusun agenda harian kita secara rapi. Sehingga bisa kita laksanakan secara konsisten berulang setiap hari, kita bisa membentuk sebuah kebiasaan baru yang akan mengarahkan kita kepada karakter yang lebih baik.
Untuk mencapai derajat takwa, dibutuhkan kombinasi perilaku, kebiasaan yang tidak mudah. Bulan suci Ramadan ini sebagai sarana atau fasilitas yang diberikan Allah SWT kepada kita yang mau secara sungguh-sungguh. Aktivitas di bulan suci Ramadan ini, membentuk sebuah kebiasaan baru yang nantinya akan membentuk karakter kita ke depan.
Belum terlambat buat kita untuk menyusun agenda harian kita, mulai dari bangun sahur sampai tidur kembali. Agenda saum kita, bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, bahkan agenda-agenda yang lain kita susun bersama-sama dengan keluarga kita, karena melakukan secara bersama-sama kolektif untuk membentuk sebuah kebiasaan bersama.
Sumber: Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan, Amri Arsyid