LAYAR NEWS — Ketika musim hujan, tempat persembunyian hewan-hewan cenderung basah. Hewan-hewan termasuk ular, mencari tempat yang kering untuk bersembunyi, termasuk ke rumah-rumah.
Rumah dan pekarangan warga seringkali menjadi tempat persembunyian ular ketika musim hujan. Sehingga, komunitas penyelamatan ular kebanjiran panggilan pada musim ini.
“Jadi, sejak awal musim hujan itu memang kita sudah biasanya banyak permintaan karena ular masuk ke rumah dan lingkungan ya, pekarangan,” ujar Ketua Umum Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat dilansir detikcom, Rabu (4/1/2022).
Aji menyebut, dalam sehari permintaan rescue bisa mencapai 20-30 ekor ular ketika musim hujan. Biasanya di musim kemarau, komunitas Sioux hanya menerima 15-20 ular per harinya.
“Paling 10, 15, di bawah 20 lah,” kata Aji.
Dalam menanggapi panggilan, komunitas Sioux tidak selalu mengirimkan tim. Aji menuturkan, tim akan dikirim jika rumah pelapor terdapat ular yang perlu di-rescue.
Selain rescue ular, komunitas Sioux juga memberikan pelayanan lain seperti identifikasi jenis ular atau mengedukasi pertolongan pertama melalui telepon. Layanan ini ramai sepanjang waktu, baik musim hujan maupun kemarau.
“Kita responsnya nggak cuma ketika ular masuk ke rumah. Kadang ada gigitan, kasus gigitan ular, orang searching di Google, (kemudian) dapat nomor ini (call center) baru kita (Sioux) respons,” tutur Aji.
“Atau ada orang yang nemu ular (kemudian) difoto minta tanya identifikasi, ‘Mas ini ular apa?’. Nah itu setiap hari pasti ada, mau hujan mau kering,” lanjutnya.
Terkait kemunculan ular di lingkungan tempat tinggal, Aji menyarankan untuk menjaga kebersihan agar hewan-hewan seperti tikus yang merupakan mangsa ular tidak berkeliaran. Selain itu, ia juga menyebut risiko gigitan ular lebih tinggi jika tidur di lantai.
“Riset di India membuktikan kematian akibat gigitan ular pada orang saat tidur di lantai dapat dikurangi 50 persen saat penderita tidur di tempat tidur tinggi dan diberikan kelambu. Selain kelambu menolong dari serangga dan nyamuk, ternyata riset WHO membuktikan bisa menolong agar ular tidak masuk dan menggigit saat tidur,” jelasnya.
Terpisah, pakar toksikologi ular dr Tri Maharani menyebut ular tidak hanya pada musim hujan melainkan sepanjang waktu. Tri juga menuturkan bahwa anggapan ‘ular hanya berkeliaran di musim hujan’ juga menyesatkan.
“Gigitan ular hampir setiap musim ada terbukti yang konsul sama saya 10 tahun ini setiap hari,” ujar dr Tri kepada detikcom, Selasa (3/1/2023).
“Jadi setiap hari ada kasus karena memang masyarakat kita banyak tersesatkan oleh konten-konten dan berita-berita yang salah tentang ular dan first aid gigitan ular akhirnya kasusnya fatal tiap waktu,” paparnya.
dr Tri juga mengedukasi masyarakat agar harus menyaring informasi yang beredar dan menerima informasi sesuai dengan penelitian ilmiah. Jika hal tersebut diterapkan, maka pasien akibat gigitan ular yang fatal bisa terselamatkan.
“Andai 10 tahun ini saya bekerja tidak ada yg aneh-aneh membuat pernyataan tidak ilmiah sehingga menyesatkan bangsa, maka pasien gigitan ular yg fatal akan sangat berkurang,” pungkasnya.
Waspada! Menemuan Ular di Pemukiman Warga Meningkat di Musim Hujan
Ketika musim hujan, tempat persembunyian hewan-hewan cenderung basah. Hewan-hewan termasuk ular, mencari tempat yang kering untuk bersembunyi, termasuk ke rumah-rumah.
Rumah dan pekarangan warga seringkali menjadi tempat persembunyian ular ketika musim hujan. Sehingga, komunitas penyelamatan ular kebanjiran panggilan pada musim ini.
“Jadi, sejak awal musim hujan itu memang kita sudah biasanya banyak permintaan karena ular masuk ke rumah dan lingkungan ya, pekarangan,” ujar Ketua Umum Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat dilansir detikcom, Rabu (4/1/2022).
Aji menyebut, dalam sehari permintaan rescue bisa mencapai 20-30 ekor ular ketika musim hujan. Biasanya di musim kemarau, komunitas Sioux hanya menerima 15-20 ular per harinya.
“Paling 10, 15, di bawah 20 lah,” kata Aji.
Dalam menanggapi panggilan, komunitas Sioux tidak selalu mengirimkan tim. Aji menuturkan, tim akan dikirim jika rumah pelapor terdapat ular yang perlu di-rescue.
Selain rescue ular, komunitas Sioux juga memberikan pelayanan lain seperti identifikasi jenis ular atau mengedukasi pertolongan pertama melalui telepon. Layanan ini ramai sepanjang waktu, baik musim hujan maupun kemarau.
“Kita responsnya nggak cuma ketika ular masuk ke rumah. Kadang ada gigitan, kasus gigitan ular, orang searching di Google, (kemudian) dapat nomor ini (call center) baru kita (Sioux) respons,” tutur Aji.
“Atau ada orang yang nemu ular (kemudian) difoto minta tanya identifikasi, ‘Mas ini ular apa?’. Nah itu setiap hari pasti ada, mau hujan mau kering,” lanjutnya.
Terkait kemunculan ular di lingkungan tempat tinggal, Aji menyarankan untuk menjaga kebersihan agar hewan-hewan seperti tikus yang merupakan mangsa ular tidak berkeliaran. Selain itu, ia juga menyebut risiko gigitan ular lebih tinggi jika tidur di lantai.
“Riset di India membuktikan kematian akibat gigitan ular pada orang saat tidur di lantai dapat dikurangi 50 persen saat penderita tidur di tempat tidur tinggi dan diberikan kelambu. Selain kelambu menolong dari serangga dan nyamuk, ternyata riset WHO membuktikan bisa menolong agar ular tidak masuk dan menggigit saat tidur,” jelasnya.
Terpisah, pakar toksikologi ular dr Tri Maharani menyebut ular tidak hanya pada musim hujan melainkan sepanjang waktu. Tri juga menuturkan bahwa anggapan ‘ular hanya berkeliaran di musim hujan’ juga menyesatkan.
“Gigitan ular hampir setiap musim ada terbukti yang konsul sama saya 10 tahun ini setiap hari,” ujar dr Tri kepada detikcom, Selasa (3/1/2023).
“Jadi setiap hari ada kasus karena memang masyarakat kita banyak tersesatkan oleh konten-konten dan berita-berita yang salah tentang ular dan first aid gigitan ular akhirnya kasusnya fatal tiap waktu,” paparnya.
dr Tri juga mengedukasi masyarakat agar harus menyaring informasi yang beredar dan menerima informasi sesuai dengan penelitian ilmiah. Jika hal tersebut diterapkan, maka pasien akibat gigitan ular yang fatal bisa terselamatkan.
“Andai 10 tahun ini saya bekerja tidak ada yg aneh-aneh membuat pernyataan tidak ilmiah sehingga menyesatkan bangsa, maka pasien gigitan ular yg fatal akan sangat berkurang,” pungkasnya.