LAYAR.NEWS, MAKASSAR – Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Kota Makassar, Zakir Sabara menilai, Pemerintah Kota Makassar hanya menghambur-hamburkan uang dengan tetap menggunakan alat tes GeNose.
Seperti diketahui, Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan (Danny) Pomanto memutuskan tetap menggunakan alat buatan UGM tersebut, untuk melakukan screening pada warga yang kontak erat dengan pasien Covid.
Meskipun, GeNose hingga saat ini belum diakui sebagai alat uji yang valid.
“Kalo hanya mengandalkan GeNose, lebih baik pikir ulang dan tidak menghambur-hamburkan uang rakyat karena hasilnya tidak valid,” ujarnya, Senin (12/7/2021).
“Bahkan lembaga negara belum menggunakan sebagai alat uji yang dianggap valid,” sambungnya.
Menurut Zakir, dari pada membeli GeNose dengan hasil yang tidak akurat, seharusnya dananya dialihkan untuk membeli alat testing yang sudah diakui.
“Kenapa dana sebesar ini tidak digunakan saja beli alat testing yang valid dan disimpan di puskesmas-puskesmas. Kenapa kita hambur-hamburkan untuk pekerjaan jangka pendek bukan untuk jangka panjang,” katanya.
Zakir menjelaskan bahwa pendeteksian alat GeNose sangat sensitif. Bahkan, hanya dengan bau parfum, alkohol dan bau pette dapat mempengaruhi alat tes untuk mengeluarkan hasil positif. Sehingga tidak akurat sebagai pendeteksi covid.
“Contoh misalnya orang sudah makan pette dan minum alkohol, dan di tes GeNose langsung terdeteksi reaktif. Ini yang saya maksud apakah alat ini dianggap valid?,” terangnya.
Ia pun meminta agar pemerintah dan Satgas Makassar Recover untuk mengakurasi data dengan alat pendeteksi covid-19 yang valid. Agar tidak keliru dalam mengambil kebijakan di tengah masyarakat.
“Pemerintah dan satgas butuh akurasi data dengan alat yang valid dan efektif agar tidak keliru mengambil kebijakan dan keputusan. Kalo GeNose masih dianggap efektif maka silahkan digunakan. Tapi kalo meragukan hasilnya, maka perlu alternatif yang efektif,” tandasnya.
Soroti Tim Detektor
Zakir Sabara juga menyoroti terkait Tim Detektor Makassar Recover yang didominasi oleh Tim sukses Danny-Fatma yang turun di lapangan.
“Fasilitas kesehatan coba hitung berapa banyak anggaran habis hanya untuk makan minum petugas yang jalan. Itupun bukan ASN secara struktural terlibat tapi malah lebih banyak tim sukses. Bagaimana pertanggungjawaban uang rakyat?,” cetusnya.
“Ini soal uang rakyat dan soal mengatasi pandemi yang jangka panjang, bukan cara cara reaktif dan tidak efektif,” tambahnya.
Sekadar informasi, untuk menggaji tenaga relawan dan tenaga kesehatan Tim Detektor, Pemkot Makassar harus menggelontorkan anggaran sebesar Rp6,75 miliar per bulan. Anggaran tersebut belum termasuk tim dokter yang termasuk dalam Tim Detektor.
Tim Detektor sendiri berjumlah 15.307 orang, masing-masing 10.000 tenaga relawan, 5.000 tenaga kesehatan dan 306 dokter.
Baca berikutnya: Tak Akurat, Danny Akui Gunakan GeNose Karena Murah