LAYAR.NEWS, Makassar — Untuk mengakhiri pekerja anak dalam penanganan sampah elektronik yang berbahaya, Save the Children Indonesia melalui program Circular Geniuses berfokus mengembangkan keterampilan ramah lingkungan untuk mengelola sampah elektronik menjadi aman dan berkelanjutan.
Hasil riset Save the Children pada tahun 2023, Kota Makassar menghasilkan setidaknya 5.651,2 ton timbulan sampah elektronik setiap tahunnya. Sampah ini beberapa didaur ulang dengan cara yang tidak aman dan sebagian dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Dari angka tersebut hanya sedikit sekali sampah elektronik yang dapat di daur ulang. Dan terdapat setidaknya 200 pemulung anak-anak berusia antara 6 hingga 17 tahun berada pada level paling bawah di sistem limbah elektronik yakni mengumpulkan limbah tersebut. Tak jarang dari mereka juga terlibat dalam proses pemilahan yang tidak aman.
“Anak-anak adalah masa depan kita, dan sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk melindungi mereka dari bahaya yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan mereka,” kata Rosianto Hamid, Chief of Partnership, Strategic Program and Operation dalam siaran pers Save the Children Indonesia yang diterima, Rabu, 28 Agustus 2024.
“Melalui program Circular Geniuses, kami berkomitmen untuk memberikan solusi berkelanjutan dalam mengelola sampah elektronik melalui sebuah terobosan dengan membangun ekosistem pengelolaan sampah elektronik,” lanjut Rosianto.
Hal ini katanya, bertujuan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dan juga memastikan bahwa anak-anak yang berisiko melakukan aktivitas memulung dapat kembali ke sekolah dan menjalani kehidupan yang sehat dan aman.
Didukung oleh Save the Children Swedia dan Accenture Foundation, program Circular Geniuses yang diimplementasikan sejak tahun 2023, telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Makassar, terutama anak-anak pemulung yang mendapatkan hak pendidikannya untuk bisa kembali bersekolah.
Tak hanya itu, program ini juga telah membentuk sepuluh kelompok simpan pinjam desa yang berdampak positif secara langsung kepada lebih dari 500 orang untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Dengan adanya tabungan dan akses ke dana pinjaman, keluarga dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka, sehingga mencegah anak terlibat dalam pekerja anak dan mendorong mereka untuk tetap bersekolah.
Peningkatan pengetahuan pemerintah setempat dan masyarakat terkait Green Mindset juga meningkat. Dari total peserta pelatihan, terdapat sebesar 92 persen peningkatan bagi pejabat pemerintah dan 80 persen bagi anggota masyarakat.
Peningkatan ini diperoleh dari serangkaian pelatihan yang mencakup jenis-jenis limbah elektronik (e-waste), risiko, kesadaran masyarakat, dan solusi pengolahan. Salah satu tindak lanjut dari pelatihan ini adalah menyediakan 10 lokasi Dropbox untuk pengumpulan e-waste di sekolah, instansi, tempat pembelanjaan, dan fasilitas umum lainnya.
Hal inovatif yang bersifat kolaboratif dalam program ini adalah terbangunnya sebuah ekosistem pengangkutan sampah elektronik yang disebut “Ballatta Rong (Bantu Jaga Lingkungan dengan Langkah Aktif, Tangani Sampah Elektronik Mulai dari Lorong)”.
Ballata Rong diluncurkan pada Juni 2024 lalu oleh Dinas lingkungan Hidup Kota Makassar sebagai upaya kolaboratif bersama Save the Children dan Laskar Hijau serta masyarakat kota makassar, untuk dapat gotong royong mengumpulkan sampah elektronik yang dijemput dari rumah ke rumah.
Selama kurun waktu satu setengah bulan Laskar Hijau telah mengumpulkan sampah elektronik sebanyak 171.65 kg dari rumah tangga dan 11,27 kg dari dropbox.