fbpx
No menu items!
ADVERTISEMENT

Tak Hanya Didepak dari All England, Tim Indonesia Juga Alami Diskriminasi

Promo

ADVERTISEMENT

LAYAR.NEWS – Tim Indonesia dipaksa mundur dari pertarungan All England 2021 di Birmingham, Inggris. Setelah salah satu penumpang yang berada dalam pesawat yang sama dengan squad Merah Putih terindikasi positif Covid-19.

Sehingga National Health Service (NHS) Inggris yang mengharuskan seluruh pemain dan tim manajemen Indonesia menjalani isolasi 10 hari

Berdasarkan perintah NHS tersebut, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan Federasi Bulu Tangkis Inggris tidak bisa berbuat banyak dan meminta agar tim Indonesia melakukan isolasi mandiri hingga 23 Maret 2021.

ADVERTISEMENT

Ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Agung Firman Sampurna mengatakan terus melakukan komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI terkait masalah ini. Namun, hingga saat ini pihaknya belum menemukan orang yang diduga melakukan kontak dengan 24 official bulu tangkis Indonesia tersebut.

Adanya Deskriminasi yang Dialami Tim Indonesia

Namun, tidak hanya dipaksa mundur dalam ajang All England, ternyata Tim Indonesia juga menerima perlakuan berbeda dari tim Denmark, Thailand, dan India.

Menjelang dimulainya All England 2021, muncul pengumuman mengenai temuan kasus positif COVID-19 yang menimpa ketiga negara tersebut. Mereka kemudian menjalani tes ulang yang hasilnya negatif dan diperbolehkan melanjutkan permainan.

ADVERTISEMENT

Kepala Bidang Humas dan Media PBSI, Fellya Hartono, mengatakan bahwa pihaknya juga tidak mendapat kejelasan tentang orang yang terkontaminasi tersebut. Apakah benar memiliki kontak dengan Tim Indonesia.

Baca juga:  Sebanyak 2.000 Personel Amankan Nataru di Makassar

“Kalau marah, ya pasti ada, kecewa juga. Kami di sini sebenarnya juga tidak mendapat kejelasan,” ujarnya yang dikutip dari Detik.com, Sabtu (19/3/2021).

“Kami mendapat e-mail, SMS, dan dinyatakan melakukan kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19, tetapi kami tidak tahu orang itu siapa? Dari negara mana? Berapa orang jumlahnya? Tempat duduknya di mana? Apakah memang duduk dekat dengan kami? Dari 24 orang tim Indonesia yang ada di Birmingham, hanya 20 orang yang mendapat pemberitahuan NHS, sisanya empat orang tidak mendapat e-mail atau pun SMS tersebut,” jelas Fellya.

ADVERTISEMENT

Fellya mengatakan, saat ini kondisi pemain dalam keadaan sehat dan sedang menjalani isolasi di kamar masing-masing.

Ia melanjutkan bahwa pihaknya merasakan ketidakadilan. Apalagi, pihak BWF dan pihak penyelenggara All England 2021 lepas tangan akan hal ini.

“Kami merasa tidak fair dengan kejadian ini. Dari pihak BWF dan panitia All England juga tidak bisa membantu, mereka lepas tangan. Ya, memang benar mereka meminta maaf dan mengatakan kasus yang menimpa tim Indonesia ini kasus yang under regulations pemerintah Inggris sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak,” kata dia.

“Awal kami memberitahu pihak BWF dan panitia penyelenggara terkait e-mail dan sms dari NHS, mereka langsung merespons ‘oh sorry, we can not do anything,’ dan kalimat prihatin lainnya tanpa disertai upaya membantu tim Indonesia untuk terus bertanding,” lanjut Fellya.

Baca juga:  Kronologi Tim Merah Putih Dipaksa Mundur dari All England 2021

Di samping itu, Fellya mengakui bahwa ada perilaku diskriminasi yang diterima oleh Tim Merah Putih.

“Ya, memang ada diskriminasi-diskriminasi yang kami rasakan juga di sini. Saat kemarin kami sedang mengurus masalah itu, kami dianggap seperti suspect COVID-19 dan kami tidak diperkenan menggunakan lift di hall dan di hotel,” ungkapnya.

“Kami seharusnya kan pulang pergi dari hotel ke hall menggunakan shuttle bus, tetapi kemarin saat kami konfirmasi ke BWF terkait e-mail NHS, mereka tidak mengizinkan kami untuk naik shuttle bus itu. Kami harus jalan kaki dari hall ke hotel, meski berdasarkan aturan bahwa tim yang terlibat dalam All England tidak boleh berjalan kaki,” tambahnya.

Adanya Kejanggalan dalam Kasus Tim Indonesia

Bahkan, menurutnya banyak kejanggalan yang terjadi. Diantaranya jeda antara waktu tiba Tim Indonesia dengan email NHS terkait hasil tracing cukup lama.

“Saat kami naik pesawat dan tiba di Birmingham hari Sabtu (13/03), tetapi kenapa e-mail NHS baru sampai ke kami hari Rabu (17/03)? Kalau memang ada yang terindikasi COVID-19, seharusnya pemberitahuan itu bisa segera diumumkan,” ujarnya.

Sebelum dipaksa mundur, Tim Indonesia juga telah berlatih dan bertemu dengan pemain dari negara lain. Namun, tim yang berinteraksi dengan Tim Indonesia tidak dilakukan isolasi.

Baca juga:  Wagub Sulsel Apresiasi Kemah Kopi Rumbia 2020

“Kami diminta isolasi 10 hari terhitung dari hari Sabtu (13/03), dan hari Minggu (14/03) juga tidak keluar kamar karena menunggu hasil tes PCR. Pada hari Senin (15/03) dan Selasa (16/03), kami sudah latihan di hall dan bertemu dengan teman-teman dari negara lain. Kalau memang kami dianggap terindikasi COVID-19, bukankah sebaiknya mereka (pemain dari negara lain) yang berinteraksi dengan kami di satu ruangan yang sama juga seharusnya menjalani isolasi?,” ungkap Fellya.

Upaya Tim Indonesia

Tidak hanya diam, Fellya mengatakan pihaknya menuntut keadilan. Termasuk meminta tes PCR ulang untuk membuktikan bahwa Tim Indonesia dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan ada gejala COVID-19.

“Hingga saat ini kami belum melakukan tes PCR ulang, meski memang seharusnya seluruh tim dari semua negara pada hari ini (18/03) dijadwalkan untuk tes kedua. Kalau tadi saya lihat daftar peserta tes PCR hari ini (18/03), tim Indonesia tidak tercantum. Kami tidak tahu kenapa,” kata Fellya.

“Sampai sekarang kami juga masih menunggu apakah masih ada kesempatan atau tidak, yang pasti dari KBRI di London sudah menghubungi Duta Besar Inggris di Jakarta untuk meminta kejelasan dan transparansi mengenai masalah ini sekaligus perihal diskriminasi-diskriminasi yang kami alami,” tutup Fellya.

Baca berikutnya: Kronologi Tim Merah Putih Dipaksa Mundur dari All England 2021

ADVERTISEMENT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ADVERTISEMENT

Terkini

Akses Jalan Darat Terbuka, Distribusi Logistik ke Desa Terisolir di Luwu Dimaksimalkan

BNPB mulai memaksimalkan distribusi logistik ke desa terisolir di Luwu setelah akses jalan darat terbuka perlahan.
ADVERTISEMENT

Populer

Berita Terkait

ADVERTISEMENT